Benarkah Malang Pernah Menjadi Markas Kegiatan Freemason?

Klojen itu dulunya kompleks loji, erat dengan freemasonry; lebih dikenal dalam candaan sebagai remason. Tapi tanpa ada bukti sahih, sulit sekali percaya. Saya sendiri pun waktu itu merasa tak lebih dari sekadar postingan pengisi blog, ikut larut dalam hiruk-pikuk remason a la Facebook.

Nyatanya, memang benar seperti itu. Foto berikut yang menjelaskan utak-atik gatuk saya itu.


penjelasan bahwa Klojen memang berasal dari kata Kelojian.
Sekadar loji harusnya tidak perlu heboh sedunia karena bisa saja loji sebagai tempat beristirahat, istilah sekarang vila; mengingat Malang tempat yang sejuk dan tenang. Tapi, bagaimana setelah melihat foto di bawah ini?
perhatikan lambang yang sangat familiar itu; jangka dan siku, punya siapa coba? ada yang tau?

Gedung apakah itu pada masa kolonial hingga kemerdekaan?

Klojen. Mendengar nama ini, orang Malang pasti sudah tidak asing lagi. Klojen merupakan nama kecamatan di kota Malang, bersama dengan beberapa kecamatan lain. Kecamatan Klojen bisa dibilang merupakan pusatnya kota Malang, karena hampir semua tempat keramaian adanya di kecamatan Klojen ini.

Klojen menjadi menarik karena bisa dibilang merupakan salah satu lokasi favorit wisatawan pada era kolonial. Apalagi jika kita getol utak-atik nama ‘Klojen’. Kalau kita paham bagaimana nama ‘Klojen’ terbentuk, mungkin kejutan-lah yang kita rasakan.

Orang Betawi bilang ‘pulo’ sebagai ganti ‘pulau’ dan kebanyakan orang Indonesia memang susah menyebut huruf diftong. Sama juga, ‘kabupaten’ itu awalnya adalah ‘kabupatian’, ‘Kepanjen’ adalah bentuk simple dari ‘Kepanjian’. Nah dengan pola bongkar yang sama, Bagaimana kalau ternyata ‘Klojen’ itu awalnya adalah ‘Kelojian’? bener ‘kan? ;)

Nah, ‘loji’ inilah yang bikin penasaran. Coba googling apa arti dari loji, pasti kita diarahkan ke semua yang berkaitan dengan remason, eh, Freemason. Apakah dulu kawasan ini termasuk pusat kegiatan para ‘Mason’ aka ‘Illuminati’? Ini mengingat VOC, sebagai representasi penjajah Belanda erat dihubungkan dengan gerakan infiltrasi itu. Klaim subyektif ini masih belum bisa dibuktikan mengingat tak banyak penyelidikan dilakukan di daerah ini.

Jika kita coba googling dengan istilah berbeda lodge, loge (versi Inggris dari loji ini), mungkin ini lebih menjelaskan. Lodge bisa diartikan sebagai rumah besar, meskipun ada rujukan yang lagi-lagi menjelaskan lodge berhubungan sekali dengan Freemason. Faktanya di wilayah kecamatan Klojen, memang banyak bangunan besar yang masih bisa tegak berdiri sampai saat ini, terutama yang sangat terkenal; Ijen Boulevard. Mungkin orang-orang di masa kemerdekaan mengenalnya sebagai loji dan karena begitu banyak sehingga membentuk seperti kompleks, mereka menyebut wilayah mereka sebagai Klojen.
Jadi, Klojen sebagai kependekan dari Kelojian sangat erat hubungannya dengan keberadaan freemasonry yang dilambangkan dengan siku dan jangka dan Malang menjadi satu tempat yang dipilih para mason menjalankan organisasi freemasonry mengendalikan dunia.

Sampai di sini bukan berarti rasa penasaran sudah tuntas. Kita bisa terus ingin tahu tentang apa saja aktivitas para mason ini selama di Malang? Mengapa mereka putuskan memilih Malang? Apakah berarti Malang bagian dari jaringan internasional freemasonry? Ini semua masih jadi misteri.


Gedung yang ditempeli lambang siku dan jangka khas freemasonry disebutkan dalam foto ini berada di jalan Cerme. Di mana jalan itu dan berupa apa gedung itu sekarang?

keluar dari parkiran mobil MOG, lalu belok kanan ke Jl. Tangkuban Perahu dan keluar di bundaran stadion Gajayana-Jl. Semeru. Lalu belok kiri sampai perempatan Jl. Semeru-MOG (keluar dari parkiran motor belok kanan juga sampai di perempatan ini). Lalu belok kanan terus sampai di pertigaan ada bundaran dengan taman. Ada gedung megah di sebelah barat bundaran, itulah hotel Graha Cakra yang dulunya gedung dengan simbol jangka dan siku.

Dari arah Pizza Hut Semeru : Lurus ke barat sampai bertemu perempatan Jl. Semeru-MOG, belok kanan juga sama seperti dari arah mal MOG.

Dari arah Batu/Dinoyo : Asumsinya dari bundaran Jl. Bandung, lanjut ke Jl. Slamet Riyadi sampai bertemu pertigaan pasar Oro-Oro Dowo, lalu belok kanan ke arah pasar di Jl. Guntur. Sampai perempatan hutan kota Malabar, belok kiri ke Jl. Merbabu (klinik Prodia) terus sampai bertemu rambu dilarang masuk (forbidden). Di sebelah kanan itulah hotel Graha Cakra.

sumber
Previous
Next Post »
Thanks for your comment