5 mitos Unik tentang twitter


Twitter menjelma sebagai microblogging paling ditakuti oleh media sosial lain sejenis saat ini. Kian menggurita dengan segudang pengguna dan fitur, kepopulerannya tak surut, tak lekang oleh zaman. Namun Twitter juga miliki mitos. Dan berikut 5 mitos unik tentang Twitter yang dicuplik dari HowStuffWorksRabu (13/03/13).
5. Twitter hanya update status
Mitos ini benar namun hanya pasca kemunculannya. “Apa yang Anda lakukan”, “Apa yang Anda fikirkan”, “Apa yang terjadi di sekililing Anda”, adalah pelbagai pertanyaan yang diajukan oleh microblogging besutan Jack Dorsey ini. Namun kini Twitter miliki banyak fitur jempolan. Tak hanya sekadar status, hampir menyentuh semua ranah.
4. Hanya selebriti miliki banyak follower
Masih terkait dengan poin sebelumnya. Hukum ini memang benar adanya. Tak bisa tidak dipungkiri. Namun sekarang tak tekekang oleh stemple artis. Barikade tersebut mulai luntur. Lewat Twitter pun bisa muncul sosok artis karbitan. Umumnya disebut selebtwit. Dari bukan siapa-siapa kini dibicarakan siapa-siapa. Tengok apa yang terjadi dengan @poconggg atau akun anonim lainnya, itu baru satu contoh.
3. Cara benar dan salah
Muncul sebuah anggapan jika memainkan Twitter membutuhkan sebuah ‘kitab’, panduan tentang ‘benar dan salah’. Sah-sah saja anggapan itu muncul. Mengingat pola pengguna Twitter tiap orang berbeda-beda. Contoh sederhana adalah cara menggunakan RT edit atau retweet pola lama. Banyak yang protes jika cara ini membingungkan, membaca dari belakang ke depan. Namun banyak pula yang setuju. Perdebatan timbul senada dengan sifat Twitter yang memang dinamis.
2. Twitter tak ‘menghasilkan’ uang
Ada dua persepsi: dari dalam dan luar. Dari dalam seiring dengan munculnya tawaran bertubi-tubi dari perusahaan besar untuk mengakuisisinya. Facebook jatuh hati tahun 2008 lalu. Google pun demikian tahun 2009. Twitter menolak dengan alasan bukan hanya sekadar uang. Kedua dari luar adalah dari pengguna. Bagaimana mungkin menghasilkan uang dari 140 karakter? Anggapan itu luntur saat ini. Tengok saja bagaimana di linimasa ‘iklan’ berkeliaran. Pun juga lewatendorsement yang didukung oleh akun-akun populer.
1. Tak miliki implikasi luas
Sekali lagi anggapan ini salah. Di dunia marketing, Twitter jadi senjata pamungkas untuk sektor media sosial. Di dunia politik, tak kalah heboh. Kampanye Presiden AS 2012 lalu gencar bersosialisasi di twitteruniverse. Masih belum cukup bukti?Kerusuhan London, gerakan di Mesir, dan Iran, juga dimotori lewat Twitter. Satu kicauan, 140 karakter, miliki sejuta implikasi.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment