Apa Perbedaan Kentut Berbau dan yang Tidak Bau?

Kentut atau buang angin sebenarnya adalah hal yang wajar dan biasa saja. Semua orang pasti pernah melakukannya. Namun yang perlu diperhatikan adalah tempatnya. "Kentutlah pada tempatnya", begitu mungkin slogan yang cocok menggambarkannya. Kentut adalah gas yang berasal dari pencernaan manusia yang sumbernya bermacam-macam. Bisa berasal dari udara yang masuk ke tubuh atau gas yang dihasilkan dari reaksi kimia dalam usus atau bisa juga gas yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri yang hidup dalam usus. Kebanyakan gas yang masuk ke dalam tubuh merupakan gas oksigen yang masuk melalui udara. Pada saat udara mencapai usus besar, sebagian besar yang tertinggal adalah nitrogen. Reaksi kimia antara asam perut dan cairan usus menghasilkan karbondioksida, yang juga merupakan komponen dari udara dan merupakan produk dari aktivitas bakteri. Sementara, bakteri juga menghasilkan hidrogen dan metan. 


Lalu, sering kita menemui kentut yang berbau dan kentut yang tak berbau. Kentut yang berbau tajam kadang  tak diiringi oleh suara, namun kentut yang tak berbau justru diikuti suara yang nyaring. Nah, mengapa bisa begitu? Bau kentut disebabkan oleh kandungan hidrogen sulfida dan merkaptan. Kedua senyawa ini mengandung sulfur (belerang). Jadi, semakin banyak kandungan sulfur yang masuk ke dalam sistem pencernaan dan bereaksi dengan bakteri dalam perut maka bau kentut akan semakin menyengat. 

Makanan apa yang mempengaruhi bau kentut?
Ada beberapa hal yang menyebabkan kentut berbau. Diantaranya adalah makanan yang kita konsumsi, lama menahan kentut dan bakteri yang hidup di dalam perut (usus)

1. Makanan yang dikonsumsi
Telur dan daging punya peran besar dalam memproduksi bau busuk kentut. Sedangkan, kacang-kacangan berperan dalam memproduksi volume kentut, bukan tingkat kebusukannya. Daging adalah sumber protein yang banyak mengandung sulfur atau belerang. Kacang-kacangan mengandung beberapa macam zat gula yang tidak dapat dicerna oleh tubuh, seperti rafinosa, stakiosa, dan verbaskosa. Saat mencapai usus, gula ini akan segera difermentasi oleh bakteri yang ada di usus dan menghasilkan produk sampingan berupa gas. Semakin banyak kacang yang dikonsumsi tentu akan menghasilkan jumlah kentut yang lebih banyak. Selain kacang-kacangan, ada pula beberapa jenis sayuran yang bisa menghasilkan gas, misalnya kembang kol, kubis, jagung, dan paprika, termasuk juga susu. Tapi ingat, makanan ini hanya berpengaruh terhadap jumlahnya, bukan baunya.

2. Lama menahan kentut
Berapa lama manusia menahan buang anginnya juga menentukan ketajaman gas yang tercipta di dalam tubuh. Semakin lama buang angin ditahan, maka kandungan nitrogennya semakin tinggi. Lamanya bau buang angin bisa tercium ke hidung orang lain tergantung dari kelembaban udara, temperatur sekitar, kecepatan angin, jarak antar manusianya serta besarnya molekul yang dikeluarkan. Namun, biasanya waktu yang diperlukan rata-rata 13-20 detik.

3. Bakteri yang hidup dalam usus
Bermacam-macam bakteri hidup di dalam perut manusia. Selain makanan apa yang dimakan dan lama menahan kentut, tentunya jenis bakteri yang hidup di dalam usus berpengaruh dalam menciptakan bau yang dikeluarkan. Karena bakteri-bakteri ini juga mengeluarkan gas di dalam perut. 


Pada umumya kentut yang tidak berbau menimbulkan bunyi yang nyaring. Hal ini dipengaruhi oleh adanya vibrasi lubang anus saat kentut diproduksi. Kerasnya bunyi tergantung pada kecepatan gas dan diameter lubang anus anda tentunya. Kemudian, sebaliknya kentut yang berbau tajam biasanya tidak diiringi suara yang syahdu. Hal ini karena fermentasi bakteri dan proses pencernaan memproduksi panas, hasil sampingnya adalah gas busuk. Ukuran gelembung gas lebih kecil, hangat & jenuh dengan produk metabolisme bakteri yg berbau busuk. Inilah yang kemudian menjadi kentut, walau hanya kecil volumenya, tapi SBD (Silent But Deadly).

Previous
Next Post »
Thanks for your comment